Bandung memang kota kembang. Bukan kembang dalam arti bunga yang harumnya semerbak mewangi, tetapi kembang jalanan yang terdiri dari kaum wanita penjaja cinta sesaat. Sejak tempo "doeloe" hingga kini, Bandung memang terkenal dengan lokasi-lokasi untuk wanita penjaja seks komersial (PSK).
Bagi warga Banung yang hidup antara th '50 - 70an, pasti pernah mendengar bahwa dibeberapa jalan atau gang dijadikan tempat mangkalnya wanita2 penghibur yang akrab disebut WTS (Wanita Tuna Susila).
Di Bandung Timur, seperti di Cicadas, siapa yang tidak kenal gang Son Pung. Sebuah gang yang berhadapan dg Taman Hiburan atau Bioskop Misbar (Girimis Bubar). Di sanalah banyak dijumpai wanita-wanita yang menebar senyum dari balik bibir bergincu tebal.
Mereka bisa dijumpai di warung remang-remang. Jika tidak dimulut gang Son Pung, mereka menyebar di sepanjang Jl. A. Yani Cicadas, terutama di depan Taman Hiburan. Jika malam tiba, banyak suara cekikikan manja dan rehe dari warung remang di pinggir jalan.
Tapi kini gang Son Pung telah bersih dari para WTS. Faktor masalahnya kehendak masyarakat sekitar yang cukup tinggi, dan dengan pendekatan agama. Maka gang Son Pung kini benar-benar bersih dari para WTS.
Lalu Bandung bagian tengah. Saritem adalah pusat "kembang" Bandung. Di kawasan yang diapit Jl. Gardujati / Jl. Kebonjati dan Jl. Jend. Sudirman tersebut ada jalan kecil namanya Saritem. Nah, agak jauh ke dalam inilah ada beberapa rumah perak mirip hotel tempat kencan para WTS dengan pendatang lelaki hidung belang.
Tempat ini dikenal sejak jaman Belanda "baheula". Bahkan Saritem inilah yang tak pernah bisa dijamah petugas untuk dibersihkan. Upaya untuk membebaskan Saritem dari "dunia hitam" telah banyak dilakukan, khususnya oleh pemerintah kota Bandung, jauh sejak zaman Geemente, Kotapraja, Kotamadya dan kini kota. Tetapi Saritem masih tetap eksis. Bahkan karena di Saritem banyak "kembang" Bandung terkenal ke seantero Nusantara. Sebagaimana halnya Surabaya dengan Dolly, Jakarta-Kramat tunggak, Semarang-Sunan Kuning dll.
Masih banyak lagi pusat-pusat kembang lainnya. Gang Aleng didaerah Jl. Astana Anyar, lalu Tegallega yang sejak dulu hingga kini dianggap WTS kelas jalanan yang tak peduli tempat, di tanah lapangpun jadi. Ada lagi Ciroyom. Kawasan yang dekat dengan pasar ini dulunya kawasan ramai. Hingga kawasan ini kerap disebut dengan nama "kebun kacang".
Sama halnya dengan Jl. Kebonsirih, lokasinya dekat dengan gedung Pakuan atau rumah dinas Gubernur Jabar. Hingga th 1975-an, kawasan ini jika malam tiba selalu ramai dengan transaksi para WTS dengan lelaki hidung belang. Disini juga ada tempat "menginap" sementara. Namun karena desakan masyarakat, kini Kebon Sirih benar-benar bersih.
(MS/GM)
(Foto koleksi Museum Tropen, Nederland)
Bagi warga Banung yang hidup antara th '50 - 70an, pasti pernah mendengar bahwa dibeberapa jalan atau gang dijadikan tempat mangkalnya wanita2 penghibur yang akrab disebut WTS (Wanita Tuna Susila).
Di Bandung Timur, seperti di Cicadas, siapa yang tidak kenal gang Son Pung. Sebuah gang yang berhadapan dg Taman Hiburan atau Bioskop Misbar (Girimis Bubar). Di sanalah banyak dijumpai wanita-wanita yang menebar senyum dari balik bibir bergincu tebal.
Mereka bisa dijumpai di warung remang-remang. Jika tidak dimulut gang Son Pung, mereka menyebar di sepanjang Jl. A. Yani Cicadas, terutama di depan Taman Hiburan. Jika malam tiba, banyak suara cekikikan manja dan rehe dari warung remang di pinggir jalan.
Tapi kini gang Son Pung telah bersih dari para WTS. Faktor masalahnya kehendak masyarakat sekitar yang cukup tinggi, dan dengan pendekatan agama. Maka gang Son Pung kini benar-benar bersih dari para WTS.
Lalu Bandung bagian tengah. Saritem adalah pusat "kembang" Bandung. Di kawasan yang diapit Jl. Gardujati / Jl. Kebonjati dan Jl. Jend. Sudirman tersebut ada jalan kecil namanya Saritem. Nah, agak jauh ke dalam inilah ada beberapa rumah perak mirip hotel tempat kencan para WTS dengan pendatang lelaki hidung belang.
Tempat ini dikenal sejak jaman Belanda "baheula". Bahkan Saritem inilah yang tak pernah bisa dijamah petugas untuk dibersihkan. Upaya untuk membebaskan Saritem dari "dunia hitam" telah banyak dilakukan, khususnya oleh pemerintah kota Bandung, jauh sejak zaman Geemente, Kotapraja, Kotamadya dan kini kota. Tetapi Saritem masih tetap eksis. Bahkan karena di Saritem banyak "kembang" Bandung terkenal ke seantero Nusantara. Sebagaimana halnya Surabaya dengan Dolly, Jakarta-Kramat tunggak, Semarang-Sunan Kuning dll.
Masih banyak lagi pusat-pusat kembang lainnya. Gang Aleng didaerah Jl. Astana Anyar, lalu Tegallega yang sejak dulu hingga kini dianggap WTS kelas jalanan yang tak peduli tempat, di tanah lapangpun jadi. Ada lagi Ciroyom. Kawasan yang dekat dengan pasar ini dulunya kawasan ramai. Hingga kawasan ini kerap disebut dengan nama "kebun kacang".
Sama halnya dengan Jl. Kebonsirih, lokasinya dekat dengan gedung Pakuan atau rumah dinas Gubernur Jabar. Hingga th 1975-an, kawasan ini jika malam tiba selalu ramai dengan transaksi para WTS dengan lelaki hidung belang. Disini juga ada tempat "menginap" sementara. Namun karena desakan masyarakat, kini Kebon Sirih benar-benar bersih.
(MS/GM)
(Foto koleksi Museum Tropen, Nederland)